Senin, 06 Juni 2011

Dataran Tinggi DIENG JATENG


1. Kawah SINILA

Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun kemudian terperangkap gas yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila. Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.

2. Kawah SILERI
Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (catatan yang ada 1944, 1964, 1984, dan Juli 2003). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga katup kawah yang baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.

3. Kawah SIGIDANG


Kawah Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Karena seringnya berpindah-pindah seperti rusa/ kidang, maka orang2 sekitar menyebutnya kawah sikidang (anak Kijang)


Dieng adalah dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara kadang-kadang dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (“embun racun”) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.

=Geografis

Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (“embun racun”) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.


=Etimologi

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: “di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
‘Surga Dieng’ yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan ‘gunung kosmik’ Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.
Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata ‘Dieng’ yang dikatakan merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak merusak kehidupan manusia.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara.
=Geologi

Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik (“suka panas”) yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
=Hidrologi

Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu.
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.

=Manusia dan Alam

Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan, yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya. Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan. Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.



Kompleks pegunungan di Provinsi Jawa Tengah bagian tengah; berjajar di sebelah utara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Meliputi: G. Sumbing (3.371 m), G. Sundoro (3.151 m), G. Perahu (2.565 m), G. Bismo (2.365 m) dan 0. Rogojembangan (2.177 m). Nama Dieng berasal dan dihyang, ialah kayangan. Di atas dataran Dieng masih ada beberapa candi sederhana. Dahulu merupakan tempat ziarah raja-raja di Jawa Tengah yang benagama Hindu; dan daerah Bawang di Pekalongan ada tangga ke Dieng. Seluruh kompleks Pegunungan Dieng telah berkembang men] adi daerah pariwisata: plato Dieng, di sebelah selatan G. Perahu di kawasan Kabupaten Wonosobo dan Desa Bandongan di kaki 0. Sumbing di kawasan Kabupaten Magelang. Selain menyajikan keindahan alam yang khas, Dieng juga menyimpan peninggalan-peninggalan sejarah; gejala-gejala postvulkanisme mengundang hasrat peneliti sejarah untuk menggali tabir sejarah masa lampau, sedangkan ahli-ahli geologi dapat mengadakan penelitian dan dapat mengintroduksi teknik mutakhir untuk memanfaatkan sumber daya yang terdapat di sana. Fasilitas angkutan melalui Wonosobo ke dan dan Dieng lancar. Plato Dieng rata-rata berketinggian 2.050 m di permukaan laut dikelilingi bukit-bukit; suhu rata-rata berkisar antara 13° s/d 17°C. Ada 4 telaga/danau vulkanik yaitu Telaga Warna, Telaga Pangilon, Sitenus, dan Balekambang. Gejala-gejala postvulkanisme (adanya solfatar, mofet, fumarola) dapat dilihat di kawah si Kidang, Si Len dan Condrodimuko. Sumber geotermal (panas bumi) Dieng telah dibor pada pertengahan 1972 pada kedalaman 183 m; suhu yang tercatat lebih dan 100°; ditaksir bertekanan 2 atmosfer; diperkirakan akan mendatangkan tenaga listnik tidak kurang dan 10 MW. 1928, ahli-ahli Belanda telah melakukan pemboran percobaan di tempat yang sama pada kedalaman 100 m, suhu tercatat 100°C. Peninggalan-peninggalan sejarah berbentuk candi-candi berjumlah 7 buah, diberi nama wayang. Hasil pertanian: kubis, kacang babi, tembakau, kentang, gandum, feldrum (tanaman bahan baku obat nyamuk), dan jamur merang.

Secara administratif dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan ketinggian kurang lebih 2088 m DPL dengan suhu rata-rata 13-17 C, berada di lokasi wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Dataran tinggi Dieng merupakan dataran yang terbentuk oleh kawah gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawah jelas terlihat dari dataran yang terletak di tengah dengan dikelilingi oleh bukit-bukit. Sebelum menjadi dataran, area ini merupakan danau besar yang kini tinggal bekas-bekasnya berupa telaga. Bekas-bekas kawah pada saat ini, kadang-kadang masih menampakan aktivitas vulkanik, misalnya pada kawah Sikidang. Disamping itu juga aktivitas vulkanik, yang berupa gas / uap panas bumi dan dialirkan melalui pipa dengan diameter yang cukup besar, dan dipasang di permukaan tanah untuk menuju ke lokasi tertentu yang berada cukup jauh dari lokasi pemukiman penduduk dan dimanfaatkan untuk Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi. Dengan kondisi topografi, pemandangan alam yang indah dan situs-situs peninggalan purbakala yang berupa candi, sehingga dataran tinggi Dieng mempunyai potensi sebagai tempat rekreasi dan sekaligus obyek peninggalan sejarah yang menarik.
Dataran tinggi Dieng dianggap merupakan suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya arwah para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan peninggalan Arca Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya bercirikan Agama Hindu. Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng diberi nama yang berkaitan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lokan Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar, candi Sembadra, candi Srikandi dan candi Puntadewa. Nama candi tersebut tidak ada kaitannya dengan fungsi bangunan dan diperkirakan nama candi tersebut diberikan setelah bangunan candi tersebut ditinggalkan atau tidak digunakan lagi. Tokoh siapa yang membangun candi tersebut belum bisa dipastikan, dikarenakan informasi yang terdapat di 12 prasasti batu tidak ada satupun yang menyebutkan siapa tokoh yang membangun.
Dari prasasti batu yang ditemukan, menyebutkan angka tahun 731 saka (809 Masehi) dan 1210 Masehi, dari informasi ini dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa tempat suci Agama Hindu digunakan kurang lebih 4 abad. Dari sisi arsitektur candi-candi di komplek agak berbeda dibandingkan dengan candi-candi umumnya di Pulau Jawa, terutama candi Bima. Bentuk bagian atas candi Bima merupakan perpaduan gaya arsitektur India Utara dan India Selatan. Gaya arsitek India Utara nampak pada bagian atas yang disebut dengan Sikhara, sedangkan arsitektur India Selatan terlihat adanya hiasan Kudu yaitu hiasan kepala-kepala dewa yang seolah melongok keluar dari bilik jendela.

Telaga Warna - Telaga ini dipanggil Telaga Warna kerana air di telaga ini kerap memantulkan warna warni yang disebabkan oleh kandungan belerang yang terdapat didalamnya.Kadang-kadang berwarna hijau dan kuning, biru dan kuning, atau berwarna-warni mirip pelangi. Variasi warna ini dipengaruhi cuaca, waktu dan tempat melihatnya. Kami cuma dapat menikmatinya dr puncak bukit. Waktu yang agak terbatas menghampiri solat Jumaat tidak memungkin kami memasuki kedalamnya. arr...terasa rugi pula.

1 komentar:

  1. Casinos Near Me - Casinos Near Me - Mapyro
    Looking 문경 출장샵 for Casinos Near 정읍 출장마사지 Me? Choose from 1212 casinos within a 충청남도 출장마사지 20 minute walk, with 정읍 출장마사지 reviews, 구리 출장마사지 ratings, latest photos, and directions.

    BalasHapus